Makassar, bollo.id – Selembar surat undangan dari Pemerintah Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur ditujukan kepada masyarakat di lima desa, Kamis (7/9/2023). Undangan tersebut untuk menindaklanjuti surat dari PT Vale Indonesia tentang sosialisasi eksplorasi tambang nikel.
“Kami tidak hadir pertemuan itu karena kami menolak. Pemanggilan itu tidak resmi dan berdasar,” kata penasihat Aliansi Petani Lada Loeha Raya, Ali Kamri Nawir, Ahad (10/9/2023).
Ia menegaskan semua pertemuan itu direkayasa oleh PT Vale dan pemerintah setempat. Mereka mencoba membodoh-bodohi masyarakat, sehingga hanya yang pro saja hadir dalam pertemuan itu.
Karena diiming-imingi menjadi karyawan dan jalan petani bakal diperbaiki. Padahal, sejak orde baru masyarakat yang memperbaiki jalan petani bukan pemerintah atau perusahaan.
“Jadi siapa yang menantang Vale itu tidak dipanggil menghadiri pertemuan, hanya yang pro saja kemudian mengatasnamakan masyarakat,” tutur Ali. “Yang pro itu memang karyawan bukan petani,” tambahnya.
Hingga kini, ucap Ali, para petani terus berjuang melawan perusahan tambang nikel terbesar itu. Sebab mereka ingin merampas lahan masyarakat. Padahal, para petani di Loeha Raya kehidupannya sudah sejahtera dan mata pencahariannya hanya berkebun. Luas lahan lada warga bervariasi, mulai 2-10 hektare.
Baca juga : Eksplorasi PT Vale Indonesia Rugikan Petani Merica Luwu Timur
Karena itu, para petani berkali-kali turun aksi untuk menutup aktivitas eksplorasi tambang nikel yang dilakukan Vale. “Sudah sebulan kami hentikan aktivitas eksplorasi,” tuturnya.
Menurut Ali, titik koordinat wilayah konsesi Vale di wilayah Loeha Raya tidak jelas, sehingga mereka mencoba masuk ke lahan pertanian warga untuk menakut-nakuti. Jika berhasil, maka Vale langsung masuk menambang, namun bagi masyarakat yang cerdas pasti akan melawan dan mencari tahu terlebih dahulu.
“Kami mencari kebenaran, masyarakat bertani jauh sebelum Vale melakukan eksplorasi,” ujar dia. Apalagi, Blok Tanamalia yang dimaksud Vale wilayah konsesinya itu terletak dekat dari Sorowako, bukan di Loeha Raya.
Petani lain, Baharuddin menambahkan dirinya bersama warga telah sepakat menolak keras tambang yang dilakukan Vale. Sehingga, mereka tak mau menghadiri pertemuan yang dianggap tidak berdasar dan hanya ingin mengadu domba masyarakat.
“Pertemuan itu rawan konflik karena mereka menghadirkan karyawan kontraktor lokal,” tutur dia
Pada Selasa 5 September, Pemerintah Kecamatan Towuti menyurati lima kepala desa yakni Desa Bantilang, Tokalimbo, Ranteangin, Loeha, dan Masiku. Mereka diminta untuk menghadiri pertemuan sosialisasi eksplorasi di Aula Kantor Kecamatan Towuti.
Namun, Aliansi Petani Lada Loeha Raya tidak hadir dalam pertemuan itu. Alasannya Vale tidak menyebutkan jika pertemuan itu akan membahas nasib para petani lada di Loeha Raya.
Saat dikonfirmasi Head of Communication PT Vale Indonesia, Bayu Aji enggan menanggapi pertanyaan yang dilayangkan. “Silahkan ke Media Relations saja,” ucap Bayu dengan singkat lalu menutup teleponnya.