Pada suatu sore, awal Februari 2024, dua mobil ambulans milik PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melaju kencang, meraungkan sirine, meliuk-liuk melintasi jalanan aspal berlubang di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Mobil ambulans itu menuju pusat Kota Morowali, mengangkut pasien rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Pemandangan macam ini dapat dijumpai saban hari di Kecamatan Bahodopi, pusat hilirisasi nikel di Morowali. Pasien yang dirujuk ke rumah sakit mayoritas berasal dari kawasan IMIP. Para buruh yang ditimpa kecelakaan kerja.
“Itu setiap hari,” kata Penanggung Jawab Klinik IMIP Morowali, Selli Mandiangan, kepada Bollo.id.
“Setiap hari ada yang dirujuk.”
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Pasien rujukan itu umumnya mengalami luka berat. Patah tulang. Pendarahan karena luka terbuka dan benturan. “Kalau memang kasusnya berat, ya, rujuk ke rumah sakit Bungku,” kata Selli.
“Klinik [itu] sama kayak Puskesmas, jadi cuma ada dokter umum di sini, kalau memang kasusnya berat ya, rujuk ke rumah sakit Bungku, 1 jam atau 1 setengah jam. Lumayan jauh.”
“Jadi kalau patah tulang,” kata Selli. “Klinik itu kan stabilisasi aja. Jadi misalnya yang kondisi patah tulang tuh, kita persiapkan infusnya, [ini] kebutuhan menjaga supaya kondisinya tidak makin berat.”
Saya menemui Selli di ruang kerjanya, di lantai dua Klinik IMIP, pada siang 7 Februari 2024 lalu. Selli sudah bekerja di Klinik IMIP selama lima tahun, mulanya sebagai dokter pelayanan.
Di ambang klinik, orang-orang menyemuti sebuah bangunan. Duduk pada barisan bangku panjang. Banyak dari mereka mengenakan helm kuning dan setelan abu-abu dengan garis skotlet hijau, seragam kerja buruh IMIP. Kata Selli, mereka sedang menanti giliran diperiksa.
Selain buruh perusahaan, Klinik IMIP juga terbuka buat warga sekitar.
Klinik IMIP punya lima mobil ambulans dan nyaris tak pernah berhenti beroperasi. Selama tiga jam di parkiran IMIP, saya menyaksikan mobil ambulans itu hilir mudik, berpencar ke arah kawasan dan kembali ke klinik beberapa saat kemudian. Berulang-ulang.
“Itu [stand by] semua kalau mau nge-rujuk,” kata Selli.
Selama bekerja di Klinik IMIP, Selli tak akan pernah lupa sebuah peristiwa yang terjadi pada subuh, 24 Desember 2023. Setelah salah satu tungku milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (PT ITSS) meledak. Melukai dan menewaskan puluhan buruh.
Di pagi kelabu itu, Klinik IMIP menangani 59 korban ledakan, umumnya dengan luka bakar.
Di antara 59 orang, tiga puluh orang lainnya mesti dirujuk ke rumah sakit segera. Kala itu, Klinik IMIP kewalahan dan tak punya fasilitas medis yang lengkap. Selli dan tenaga kesehatan pun kelelahan.
“Pas kejadian hampir semuanya [kondisi berat],” kata Selli. “Tapi kan kita pilah lagi yang memang berat langsung dirujuk. Yang fataliti udah ada penanganannya sendiri. Yang ringan kita perlakukan sebagai mana pasien rawat jalan pada umumnya, misalnya dia luka kita tangani lukanya, obatnya, kapan dia kontrol lagi begitu.”
“Ada plus minesnya kalau dari segi penanganan saya rasa,” kata Selli. “Dari klinik kemarin cukup ter-handle dengan resources yang kami punya. Mungkin yang perlu di clean out itu dari segi armada ambulansnya karena cuma lima unit. Kalau untuk penanganan kemarin ya.”
Pada sebuah video amatir yang tersebar, di tengah kepulan asap pekat, sejumlah buruh yang terjebak meloncat dari ketinggian. Menghindari maut di belakang mereka: Pabrik yang sedang dilahap api raksasa.
“Loncatko.. Loncatko,” teriak seseorang dari video itu.
“Oh.. Kasihan.”
“Jatuh, kasihan itu orang.”
“Astaga.”
Di video lain, puluhan buruh yang berada di lokasi kejadian mengangkat para korban ke atas bak sebuah mobil.
“Satu lagi!” suara dari video itu. “Satu lagi [korban].”
“Bantu! Bantu!”
Sejumlah media memberitakan, jumlah korban yang meninggal dunia dalam peristiwa kelam itu mencapai 21 orang, terdiri dari tenaga kerja lokal dan Tiongkok.
PT ITSS salah satu perusahaan yang beroperasi di Kawasan IMIP, anak usaha Tsingshan Group raksasa industri nikel asal Tiongkok, disebut-sebut sebagai perusahaan pemurnian nikel yang hingga kini menyumbang angka kecelakaan kerja terbesar di Indonesia.
Per tahun PT ITSS mengeluarkan berbagai produk turunan nikel, dari nickel pig iron, hingga ferrosilicon, dengan jangkauan kapasitas produksi lima puluh ribu hingga enam ratus ribu ton.
Dari laman Minerba One Data Indonesia (Modi) milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sepuluh persen saham PT ITSS dimiliki oleh IMIP, dengan separuh saham dikuasai oleh Tsingshan Holding Group Company Limited, pendiri IMIP.
Izin operasi PT ITSS berlaku pada 15 Oktober 2019 dan berakhir tiga puluh tahun mendatang.
***
Semalaman sudah tungku itu dikelilingi belasan buruh. Mereka ingin memperbaiki sebuah retakan kecil. Produksi berhenti. Tetapi sementara mereka bekerja, terak cair panas masih tersisa di dasar tungku. Pabrik ini mengeluarkan produk ferrosilicone, bagian penting dari industri baja.
Dini hari, 24 Desember 2024, Yayat datang ke tungku itu dan melihat sebuah retakan kecil, memanjang kira-kira 20 centimeter. Dia khawatir sebab tungku panas itu tidak dialiri air dan terak yang tersisa itu bisa membangkitkan suhu tinggi dan membahayakan para buruh.
“Saat pengerjaan terakhir, air harus dimatikan karena kan mau ada pengelasan, jadi air yang mengalir dimatikan,” kata Yayat pada saya. “Kalau ada pengelasan kan tidak boleh kena air.”
Yayat seorang buruh di salah satu tenant perusahaan di IMIP. Yayat bukan nama sebenarnya. Dia meminta identitasnya tidak diungkap karena khawatir akan terkena masalah.
Subuh-subuh, Yayat meninggalkan tungku itu untuk beribadah salat dan kembali setelahnya.
Yayat berdiri di sudut pabrik, dan masih melihat tungku itu dari kejauhan–karena dia tak ingin mendekat. Tapi kali ini, “sudah merah.”
“Saya panggil teman,” kata Yayat. “Jangan mendekat di situ. Mau meledak ini.”
Yayat juga memanggil kawannya di lantai dua. Meminta menghentikan pengerjaan di tungku. Tapi peringatan Yayat tak dihiraukan.
Yayat bergegas turun. Menjauh. Dia merasa sebuah bencana besar akan terjadi.
Dan, tungku itu meledak. Suara ledakan bergema ke segala arah. Memecah keriuhan puluhan pabrik di Kawasan IMIP. Yayat gamang. Bergidik dan terdiam sesaat.
Di tengah kecamuk itu, Yayat menyaksikan para buruh yang terjebak di lantai dua berlarian melompati pagar pembatas dan jatuh ke tanah dengan keras. Api semakin besar dengan ledakan yang tak henti.
Para buruh lainnya berdatangan. Yayat segera membantu para buruh malang itu. Dia tak ingat lagi detilnya karena semuanya sangat kacau. “Saya hanya bantu naikkan korban ke mobil. Semua kulitnya penuh luka bakar. Bajunya. Kasihan.”
Saya menemui Yayat, di awal Februari 2024, di Bahodopi. Bagi Yayat, ledakan dan segala petaka di hari natal itu, bukan soal peristiwa kecelakaan semata. Ada penyebab yang lebih struktural.
Yayat menduga pimpinan perusahaan tidak mengindahkan Prosedur Operasional Standar atau SOP, dan hanya mengutamakan produksi.
“Kalau masalah SOP mungkin bisa dibilang rendah. Seharusnya tidak bisa dikerjakan [perbaikan] pada saat itu,” kata Yayat. “Satu minggu sebelum dikerja harus dimatikan. Yang ini dua hari dua malam pembongkaran terus.”
“Satu minggu itu,” kata Yayat. “Harus dikeluarkan cairan metal, tidak boleh ada di dalam.”
Sebelum ledakan, menurut Yayat, aktivitas pembongkaran pada tungku itu sudah berlangsung selama dua hari. Pengerjaan dimulai sejak Pukul 19.00 malam.
Di hari pertama, buruh mengalirkan air ke dinding tungku buat menurunkan suhu, yang saat itu menurut Yayat bisa mencapai 15 ribu derajat celcius.
“Kelalaiannya itu tidak ada yang jaga yang kerja,” kata Yayat.
Yayat pernah mengerjakan hal serupa dan apa yang dia saksikan di ITSS sangat berbeda. Menurut Yayat, sebelum perbaikan, aktivitas produksi harus dihentikan selama seminggu. Mengeluarkan semua cairan terak yang mengendap dalam tungku, agar suhu tungku tidak naik dan pada akhirnya merobek batu bata di dalam struktur tungku.
Tungku yang diperbaiki oleh kawannya itu kata Yayat, tiga lapis, berbahan batu bata pada lapisan paling dalam. Pada lapisan kedua, berbahan semen dan lapisan terluar berbahan besi. Inilah lapisan yang retak dan akan ditambal.
“Harusnya airnya tetap mengalir. Kita harus bikinkan penghalang seperti atap di atas supaya bisa tetap mengelas,” kata Yayat. “Ini air tidak mengalir, karena mengejar produksi.”
Ledakan pertama menyambar sejumlah tabung oksigen di sekitar area dan kemudian menyambar saluran kokas. Menambah ledakan ke seisi pabrik milik salah satu tenant IMIP itu. Oksigen menjadi bahan untuk pengelasan.
Baca juga: ‘Jalan Kotor’ Hilirisasi Nikel di Indonesia: Apa dan Bagaimana?
Apa yang disaksikan Yayat selaras dengan pernyataan pers pertama dari PT IMIP. “Penyebab ledakan diperkirakan, karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan, saat proses perbaikan tersebut. Kemudian terjadi ledakan,” kata Kepala Divisi Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan, 24 Desember 2023, seperti dilansir melalui CNN Indonesia.
“Banyak tabung oksigen di lokasi yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Sehingga ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak.”
Tentu saja, ledakan ini menuntut pemberhentian produksi dan menarik perhatian Jakarta. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) segera membentuk tim khusus.
Dan lima hari setelah ledakan, Menteri Koordinator Marves, Luhur Binsar Pandjaitan minta Kepolisian Republik Indonesia bertindak cepat.
“Saya minta Polri bertindak cepat dan tegas apabila ada bukti pelanggaran oleh perusahaan,” kata Luhut dalam keterangannya di Jakarta, 29 Desember 2023.
“Kejadian serupa di GNI tahun lalu sudah menjadi pelajaran bahwa kita serius dalam menegakkan hukum demi keselamatan buruh. Pokoknya kita tidak mau main-main dengan keselamatan manusia.”
Menurut Yayat, pihak yang semestinya bertanggungjawab pada kasus ledakan tungku ITSS itu adalah pemberi arahan. Mulai dari manajer hingga petugas teknis yang memberi arahan.
“Manajer ini yang mengatur baru dia serahkan ke helm merahnya, helm merahnya juga dia serahkan ke helm birunya,” Yayat mengatakan. “Nah…. helm biru ini [kepala regu] yang bekerja dengan helm kuning. Kepala regu dia yang mengecek sambil mengerjakan karena dia yang terjun di lapangan.”
Bollo.id telah mengirimkan sejumlah pertanyaan kepada PT IMIP, melalui WhatsApp, kepada Kepala Divisi Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan, tetapi hingga laporan ini diterbitkan, perusahaan belum merespons.
Baca: Kecelakaan Kerja Kembali Terjadi: “PT ITSS Penyumbang Tertinggi Angka Kematian”
Setelah ledakan ini, Arko Tarigan, Juru Kampanye Energi Trend Asia, sebuah organisasi masyarakat sipil independen yang bergerak sebagai akselerator transformasi energi bersih, berkeadilan, dan pembangunan berkelanjutan di Asia, mendesak perlunya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua kawasan industri pengolahan nikel di Indonesia.
“Evaluasi itu tidak terbatas pada audit kondisi kerja namun juga bagaimana perusahaan memperlakukan para buruhnya,” kata dia. “Banyak kriminalisasi terjadi pada karyawan termasuk ketika mereka menuntut perbaikan kondisi kerja.”
Arko bilang, masalah kecelakaan kerja yang terus berulang ini tidak akan terus terjadi jika mekanisme Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dapat ditegakkan dengan baik.
“Seharusnya kecelakaan kerja yang mematikan pada 24 Desember 2023 di ITSS memberikan pelajaran yang cukup untuk perbaikan kinerja K3,” kata Arko.
“Hal ini menitikberatkan masalah impunitas yang dialami perusahaan dalam isu keamanan, termasuk atas insiden-insiden yang lalu. Pemerintah seharusnya membuat perusahaan jera. Solusinya bukan dengan ganti rugi, apalagi menjadikan buruh sebagai kambing hitam melalui pemidanaan.
“Kepolisian,” lanjut Arko. “Kementerian, dan dinas terkait harus memaksa perubahan praktik industri yang dilakukan secara transparan.”
Berdasarkan catatan Trend Asia pada periode 2015 hingga 2023, telah terjadi 93 insiden kecelakaan kerja di seluruh smelter nikel di Indonesia. PT ITSS disebut sebagai penyumbang tertinggi angka kematian buruh, termasuk insiden kecelakaan kerja pada akhir tahun 2023 lalu, yang mengakibatkan 21 orang korban meninggal dunia dan 30 lainnya luka-luka.
Pada seluruh industri nikel di Indonesia periode 2015 hingga 2023, tercatat ada 93 insiden kecelakaan kerja. Korban yang meninggal dunia sebanyak 91 orang, sementara korban yang mengalami luka-luka sebanyak 158 orang.
Di kawasan IMIP sepanjang periode 2015 hingga 2022, menurut catatan Trend Asia, insiden kecelakaan kerja tercatat sebanyak 18. Korban meninggal dunia 15 orang dan korban yang mengalami luka-luka sebanyak 41 orang.
Penyebab kecelakaan kerja bervariasi. Mulai dari kecelakaan truk sebanyak 40 persen, kebakaran 28 persen, dan lainnya 32 persen.
Sedangkan data pemantauan Trend Asia, per Januari hingga September 2023, menunjukkan ada 19 kejadian kecelakaan di smelter nikel. Merenggut 16 korban jiwa dan 37 orang lagi terluka. Di antara korban lima orang, adalah tenaga kerja asal Tiongkok. Rinciannya, empat terluka dan satu meninggal.
Menurut Arko, kasus-kasus kecelakaan ini kadang tidak dilaporkan atau tidak terekspos kepada publik, membuat angka kecelakaan yang tercatat di media atau laporan resmi lebih rendah dari kenyataan.
Ketua Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) Morowali, Henry Foord Jebs meminta dilakukan audit dan menyayangkan minimnya pertanggungjawaban perusahaan dalam kecelakaan, termasuk pada kasus ledakan tungku ITSS tahun 2023 lalu.
“Kejadian ini menegaskan minimnya perubahan berarti yang dilakukan PT ITSS terhadap keamanan buruh. Oleh karenanya sangat penting untuk dilakukan audit menyeluruh melalui tim independen yang melibatkan serikat buruh, seperti kami serukan setelah kecelakaan 2023 lalu,” kata Henry.
“Korban tragedi ITSS 2023 lalu pun masih belum tuntas ditangani oleh perusahaan, dan kami sedang mendampingi para korban untuk memastikan pemenuhan hak mereka yang sampai saat ini masih belum terpenuhi.”
Data lain mengatakan, di IMIP sepanjang 2016 – 2024, telah terjadi 44 insiden kecelakaan kerja dengan korban luka-luka mencapai 87 orang dan 54 kematian, menurut catatan China Labor Watch (CLW).
“Dari survei CLW terhadap buruh pada selusin lebih negara dari tahun 2021 hingga 2024, kami menemukan bahwa banyak perusahaan multinasional Tiongkok mendirikan fasilitas di luar negeri, dan merekrut pekerja migran dan mengirim mereka ke fasilitas ini, ke tempat yang memiliki sedikit akses terhadap dukungan dan jaringan,” menurut pernyaaan CLW.
Kebijakan Indonesia melarang ekspor bijih nikel sejak awal 2020, membuka keran investasi besar, terutama dari Tiongkok. Aliran dana tersebut mendukung pengembangan industri pengolahan nikel melalui pembangunan smelter dan kawasan industri, termasuk PT IMIP.
Salah satu investasi terbesar berasal dari Tsingshan Holding Group, perusahaan Tiongkok yang berkongsi dengan Bintang Delapan Group. Dua perusahaan tersebut membangun Kawasan IMIP di Sulawesi Tengah–bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) Tiongkok. Kawasan terpadu ini telah menarik investasi hingga USD20,9 miliar dan menjadi pusat produksi stainless steel, baja karbon, serta komponen baterai kendaraan listrik.
Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) menjadi program investasi besar yang fokus pada pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, rel kereta api, bandara, pembangkit listrik, dan jaringan telekomunikasi, diinisiasi oleh Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, pada Tahun 2013.
Melalui program ini, Tiongkok bertujuan membangun jaringan infrastruktur besar-besaran untuk menciptakan jalur perdagangan darat dan laut yang menghubungkan Tiongkok dengan berbagai wilayah di Asia, Afrika, hingga Eropa.
Menurut CLW, meskipun investasi memberikan peluang kerja dan pembangunan ekonomi bagi masyarakat lokal, investasi turut mendatangkan permasalahan sosial dan lingkungan yang sangat merusak kesejahteraan dan penghidupan penduduk lokal.
Sementara itu, menurut temuan CLW dalam proyek-proyek ini, praktik keselamatan kerja berada di bawah standar dan telah menyebabkan serangkaian kecelakaan dan kematian di tempat kerja, sehingga menimbulkan reaksi balik dan protes dari para pekerja yang terjadi saat ini.
“Kami telah menemukan serangkaian malpraktik ketenagakerjaan–termasuk tapi tidak terbatas pada–penyitaan paspor, praktik kontrak yang buruk, pemotongan gaji, cedera di tempat kerja dan keselamatan kerja yang buruk, tidak adanya izin kerja, dan pembatasan pergerakan,” menurut pernyataan CLW baru-baru ini.
“Hal ini disebabkan oleh kurangnya transparansi dan akuntabilitas perusahaan dan, yang lebih penting, kurangnya perhatian yang berpusat pada manusia dan masyarakat dalam operasional bisnis.”
Dalam petaka ledakan tungku PT ITSS akhir 2023 lalu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menetapkan dua tersangka. Mereka adalah laki-laki berinisial ZG dan Z. ZG diketahui sebagai supervisor furnance PT. Zhao Hui Nikel, sedangkan Z merupakan Wakil Supervisor PT Ocean Sky Metal Indonesia atau OSMI.
“Sudah ada penetapan tersangka, dua orang. Mereka berkewarganegaraan Tiongkok,” kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Djoko Wienartono pada Sabtu 10 Februari 2024 dikutip dari Tempo.
Terlepas dari penetapan tersangka, Tempo menemukan bahwa PT ITSS, diduga belum melakukan audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Audit ini hal wajib bagi perusahaan yang setidaknya punya karyawan lebih dari 100 orang dan berisiko tinggi.
Bagi Trend Asia, tidak adanya SMK3 ini bikin kecelakaan kerja di IMIP berulang, termasuk di PT ITSS. Sejak IMIP berdiri di Tahun 2013, hanya 23 perusahaan tenant yang punya sertifikasi ini.
***
Lima bulan setelah peristiwa ledakan tungku ITSS terjadi, kecelakaan kerja kembali terulang di PT ITSS, pada Kamis, 13 Juni 2024 Pukul 22.00. Dalam kecelakaan itu, dua korban dilaporkan mengalami luka bakar serius dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bungku, Kabupaten Morowali. Kedua korban diketahui bernama Jekmaryono dan Yudarlan.
Manager Media Relation PT IMIP, Dedy Kurniawan membenarkan peristiwa itu. Namun dia membantah jika kecelakaan tersebut diakibatkan ledakan.
“Sekali lagi kami tegaskan bahwa itu terjadi bukan karena ledakan, melainkan semburan uap panas ketika karyawan melakukan pembersihan terak baja yang terdapat di lantai pabrik,” kata Dedy, dalam keterangan tertulisnya saat dikonfirmasi Bollo.id.
Pada Oktober 2024, kecelakaan kerja beruntun terjadi di IMIP, pada dua perusahaan tenant: PT Dexin Steel Indonesia dan PT Zhongtsing New Energy. “PT IMIP secara sistematis telah mengabaikan aspek perlindungan dan keselamatan para pekerjanya dengan membiarkan puluhan perusahaan tenant-nya beroperasi tanpa standar keamanan yang layak. Seolah menukar nyawa pekerjanya dengan keuntungan semata,” menurut pernyataan Trend Asia baru-baru ini.
Baca investigasi kami soal dampak hilirisasi nikel di Sulawesi Selatan terhadap warga lokal:
Diabaikan Perusahaan, Ditinggalkan Pemerintah
Editor: Agus Mawan W