Para peserta Porseni Waria-Bissu Sulawesi Selatan di Soppeng bersiap membuka acara sebelum dibubarkan kepolisian/LBH Makassar.
Para peserta Porseni Waria-Bissu Sulawesi Selatan di Soppeng bersiap membuka acara sebelum dibubarkan kepolisian/LBH Makassar.

Bakal Cagub Sulsel Memandang Kelompok Minoritas Gender

“Seorang pemimpin sebagai fungsi melindungi untuk membina. Dia tak harus melihat ini kelompok kecil, ini kelompok besar."

Bollo.id — Sejumlah kasus diskriminasi dan intimidasi terhadap kelompok minoritas di Sulawesi Selatan masih membekas. Peristiwa macam pelarangan keterlibatan bissu pada peringatan hari ulang tahun Kabupaten Bone 2022 hingga munculnya isu penggodokan Perda Anti-LGBT oleh DPRD Makassar pada 2023 lalu, membuat mereka semakin rentan.

Namun ketika menjelang tahun politik, kelompok minoritas gender dan seksual akan didekati oleh para bakal calon yang hendak berkontestasi menuju kursi jabatan. Melalui program Podcast, Bollo.id pada Sabtu, 6 Juli, mewawancara figur bakal calon Gubernur Sulsel 2024 dengan mengangkat isu kelompok minoritas. 

Dia adalah mantan Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI (Purnawirawan) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki. Andi Muhammad mengatakan, jika merujuk pada konsep berbangsa dan bernegara, tidak ada kelompok minoritas. Sebab menurutnya, dalam sejarah perjuangan, bangsa Indonesia tak melihat kelompok-kelompok, agama-agama hingga suku-suku tertentu. 


Baca juga:


“Kita dulu bersatu, hanya satu bagaimana mengusir penjajah dari tanah air, kan begitu konsepnya dulu dan tidak mengenali agamanya, kita bersama-sama berjuang mengusir penjajah dari sini. Makanya pejuang atau pahlawan nasional itu agama-agama, suku mana pun ada,” katanya.

Dia tidak menampik dalam situasi saat ini, memang banyak pengaruh-pengaruh budaya dari luar yang bersentuhan langsung dengan kelompok termarjinalkan. Lain halnya dengan kelompok Bissu yang menurutnya, telah ada sejak dahulu sehingga tak boleh diabaikan oleh seorang pemimpin.

“Justru kita harus membina dengan baik, seorang pemimpin itu harus merangkul semua,” ujarnya. “Memang dalam kapasitasnya karena mungkin dia (Bissu) terlahir dalam kondisi seperti itu, sehingga perlu ada pendekatan terus dibina dengan baik.”

Dengan kondisi itu kata dia, Bissu tak boleh dianggap sebagai kelompok yang dapat mengganggu hingga mencoreng nama baik. “Tapi dia (bissu) bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Seorang pemimpin menurutnya, harus ditempa dari pengalaman yang bersentuhan langsung dengan berbagai macam karakteristik masyarakat. Baik dari kalangan bawah, hingga kalangan atas. 


Dukung kami

Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


“Seorang pemimpin sebagai fungsi melindungi untuk membina. Dia tak harus melihat ini kelompok kecil, ini kelompok besar. Tapi dianggap bahwa semua masyarakat ini merupakan bagian dari tanggung jawab seorang pemimpin.”

Sebaliknya, lanjut Andi Muhammad, jika seseorang yang tak punya pengalaman memimpin, akan sangat rentan dengan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kelompok minoritas. “(Kelompok minoritas) akan merasa tidak terlindungi, tidak mendapat keadilan, dan tidak punya hak yang sama dengan yang lain.”


Editor: Sahrul Ramadan


Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Berita Terbaru

Skip to content