Bollo.id — Industri minyak dan gas semakin gencar memperluas pengaruhnya ke dunia olahraga global, sebuah strategi yang oleh banyak pihak disebut sebagai ‘sportwashing’. Cristiano Ronaldo, Lionel Messi adalah salah satu contoh kecil dari bagian kesepakatan itu.
Menurut laporan dari New Weather Institute (NWI) bertajuk “Dirty Money”, perusahaan-perusahaan energi ini telah menginvestasikan dana fantastis sebesar US$ 5,6 miliar ke dalam berbagai cabang olahraga, termasuk sepak bola, golf, balap motor, dan rugby.
Langkah ini dianggap sebagai upaya perusahaan untuk memperbaiki citra mereka dan memposisikan diri sebagai “anak baik” di mata publik, meskipun mereka adalah penyumbang utama krisis iklim global.
Minyak, gas, dan batubara bertanggung jawab atas 75 persen emisi gas rumah kaca dan 90 persen emisi karbon global. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan energi ini menemukan peluang besar di dunia olahraga yang memiliki potensi branding yang menggiurkan.
Sepak bola sendiri memiliki 5 miliar penggemar di seluruh dunia, diikuti oleh kriket dengan 2,5 miliar penggemar, serta tenis, bola basket, dan hoki dengan masing-masing sekitar 1 miliar penggemar.
Industri olahraga global pun tumbuh pesat, dengan nilai mencapai US$471 miliar pada saat ini dan diprediksi akan meningkat menjadi US$680 miliar pada 2028. FIFA, sebagai badan sepak bola dunia, memperoleh pendapatan sebesar US$7,6 miliar dalam periode 2019-2022.
Di sisi lain, pasar sponsorship olahraga bernilai US$105 miliar dan diperkirakan akan melonjak menjadi US$189 miliar dalam dekade ini. Bagi perusahaan minyak dan gas, peluang ini sangat menggoda untuk memperbaiki citra mereka melalui sponsor acara olahraga, klub, dan atlet terkenal.
Namun, langkah ini dinilai bertentangan dengan upaya global untuk dekarbonisasi serta bertolak belakang dengan seruan untuk aksi iklim, termasuk larangan iklan bahan bakar fosil.
Sikap terang-terangan terkait sportwashing ini bahkan disuarakan oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS), yang tahun lalu menyatakan bahwa ia tidak peduli dengan tuduhan sportwashing yang dialamatkan pada negaranya terkait isu pelanggaran HAM.
Baca juga: Energi geotermal di Indonesia: potensi, pemanfaatan, dan rencana ke depan
“Jika sportwashing akan meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) Arab Saudi sebesar 1 persen, maka saya akan melanjutkan sportwashing,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox News kala itu dikutip redaksi Bollo.id, Kamis, 19 September 2024.
Menurut laporan NWI, Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, adalah investor terbesar dalam sponsorship olahraga, dengan pengeluaran mencapai US$1,3 miliar melalui 10 kesepakatan.
Di posisi kedua ada Ineos, perusahaan petrokimia, yang menginvestasikan US$777 juta, diikuti oleh Shell dengan US$470 juta, dan Total Energies, perusahaan minyak Prancis, dengan US$340 juta.
Nama-nama besar di dunia olahraga seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Tyson Fury, dan Anthony Joshua sukses direkrut untuk menghabiskan waktu mereka di Timur Tengah sebagai bagian dari kesepakatan pensponsoran.
Masih berdasarkan laporan dari NWI, perusahan minyak fosil berusaha mengakitkan produk mereka agar terlihat normal di mata miliaran penggemar olahraga. Padahal, polusi udara yang diciptakan oleh aktivitas mereka diperkirakan telah membunuh lebih dari 5 juta orang per tahun.
“Mereka melakukan ini dengan alasan yang sama seperti perusahaan tembakau yang mensponsori olahraga sebelum sebagian besar dilarang untuk menampilkan diri dalam citra positif dan menormalkan aktivitas mereka di mata miliaran penggemar olahraga,” tulis NWI dalam laporannya ini.
“Jenis kesepakatan sponsorship ini membeli apa yang disebut ‘izin sosial’ untuk beroperasi, sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari peran mereka dalam memperburuk krisis iklim dan merugikan kesehatan manusia,” masih dalam laporan NWI.
Merambah ke Wilayah Esports
Esports, sebuah wadah baru yang menarik jutaan penonton tidak luput dari arus sportwashing. Perusahaan minyak, maskapai penerbangan, produsen mobil yang memiliki andil besar dalam pencemaran udara dan krisis iklim turut membanjiri olahraga ini dengan iklan dan pensponsoran.
Sebuah kelompok yang menamakan dirinya Badvertsing menemukan adanya 33 kesepakatan besar antara perusahaan dengan industri Esports sejak 2017, yang sebagian besar dengan produsen mobil, serta beberapa dengan perusahaan bahan bakar fosil, maskapai penerbangan, dan militer AS (Amerika Serikat).
“Penelitian kami menunjukkan bahwa perusahaan yang menghadapi tekanan untuk beralih dari bahan bakar fosil semakin gencar mensponsori esports untuk mempertahankan pengaruh,” kata salah satu pendiri Badvertising, Andrew Simms.
Dukung kami
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Menurut Simss, perusahaan-perusahaan itu saat ini menargetkan industri Esports yang tumbuh pesat, yang memiliki sekitar setengah miliar penonton dan sangat populer di kalangan anak muda.
Perusahaan minyak Shell misalnya, mendapatkan kritik dari aktivis iklim karena bermitra dengan pemain Fortnite, salah satu video game paling populer di dunia, untuk mempromosikan kampanye “ultimate road trips”.
Kampanye ini menampilkan pulau virtual berlogo Shell dan ajakan untuk berbagi tangkapan layar dengan tagar #ShellRoadTrips.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar juga meluncurkan inisiatif Esports yang disponsori oleh perusahaan minyak nasional mereka, seperti Aramco, dan bekerja sama dengan klub sepak bola Paris Saint-Germain serta Qatar Airways.
Sumber: New Weather Institute (NWI) Report 2024, The Guardian
Editor: Sahrul Ramadan