Makassar, bollo.id – PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) merupakan perusahaan industri nikel yang berada di Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Perusahaan yang bergerak di bidang energi ini adalah milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dia pun mengklaim jika smelter yang dibangunnya paling ramah lingkungan. Sebab, menggunakan sumber energi terbarukan hydro power (tenaga air).
Pernyataan tersebut langsung ditanggapi oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan.
Nurul Fadli Gaffar, Kepala Divisi Energi dan Pangan WALHI Sulsel mengakui perusahaan itu memang mengambil sumber energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea di Tana Toraja. Dan PLTA ini menggunakan energi terbarukan dengan kapasitas 90 Megawatt.
Meski begitu, perusahaan smelter tersebut tetap tidak ramah lingkungan. Karena, faktanya pengolahan nikel masih membutuhkan bauran batubara pada tahap smelting.
Bahkan, prosesnya sangatlah rakus air, sehingga bisa menimbulkan kekeringan dan krisis air bagi masyarakat sekitar perusahaan.
“Tidak ada smelter yang ramah lingkungan. Kalau ada yang bilang, berarti itu adalah kebohongan publik,” ucap Nurul, Jumat (13/10/2023).
Apalagi, lanjut dia, pernyataan JK sapaan Jusuf Kalla tidak berdasarkan dengan data. Karena, kenyataannya proses peleburan bijih nikel masih tetap memberikan dampak yang sangat besar kepada lingkungan.
Selain itu, pembangunan bendungan untuk proses penggunaan hydro power juga akan memicu hilangnya mata pencaharian masyarakat, kekurangan sumber air, dan konflik sosial.
Berdasarkan catatan WALHI Sulsel, model industri pengolahan nikel (smelter) yang memproduksi feronikel membutuhkan kadar tinggi (saprolite).
Untuk mencapai itu harus berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) . Itupun masih menghasilkan dampak berupa emisi debu, gas NOx, CO, dan SOx.
“Jika ingin ramah lingkungan sebaiknya hentikan pembangunan smelter,” kata Nurul.
PT BMS membangun smelter yang menjangkau tiga desa yakni Desa Toddopuli, Karang-karangan, Bukit Harapan, di Kecamatan Bua. Pabrik nikel ini bakal berdiri di atas lahan seluas 500 hektare dengan tiga pintu masuk.
M. Iksan, warga Desa Bukit Harapan mengatakan JK rajin berkunjung untuk melihat progres pembangunan pabrik nikelnya. Menurut dia, dapur atau tungku dan pelabuhannya masih dalam tahap pembangunan.
PT BMS menyerap tenaga lokal untuk bekerja di Luwu. “Paling banyak tenaga kerja asal Malili, Kabupaten Luwu Timur,” ucap pria 65 tahun ini.
Baca juga : Hari Anti Tambang: WALHI Sulsel Minta Hapus Konsesi PT Vale Indonesia
PT BMS membangun pabrik nikel di Luwu karena dianggap lebih efisien. Sebab, jarak tempuhnya hanya enam jam dari tempat pengambilan bahan baku di Sulawesi Tenggara.
Sebelumnya, JK mengeluarkan pernyataan tentang smelter miliknya paling ramah lingkungan di Indonesia melalui akun instagram @bms.helmkuning.
“Di sinilah yang paling lengkap di seluruh Indonesia, pembangkitnya green energi, prosesnya juga green energi. Jadi, ini cocok untuk kemajuan Indonesia,” ujar Jusuf Kalla pada video singkat itu.
“Di sini orang tidak akan melihat cerobong asap. Jadi, ini satu-satunya di Indonesia yang paling green energi, coba cari di Indonesia di mana ada yang paling ramah lingkungan?” tambah JK.
[…] Baca juga: Pembohongan Publik Jika Ada Smelter Ramah Lingkungan […]