Bollo.id — Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 tak lama lagi akan digelar. Merujuk dalam agenda pelaksana pemilihan, pilkada tahun ini akan dilaksanakan pada November. Di Sulsel, masyarakat yang punya hak suara akan memilih siapa calon pemimpin yang bagi mereka dianggap berkompeten.
Mulai dari gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati dan wali kota-wakil wali kota. Khusus untuk figur bakal calon gubernur, sejumlah nama perlahan mencuat. Salah satunya adalah, mantan Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI (Purnawirawan) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki.
Bollo.id, lewat program Podcast, berkesempatan mewawancarai langsung pria berlatar belakang militer dengan slogan ‘Panglimata’ ini. Salah satu yang menjadi fokus dalam pembahasan itu adalah, bagaimana seorang calon pemimpin daerah memandang kelompok minoritas seiring dengan momentum perhelatan politik yang saat ini tengah berjalan.
Bagi Andi Muhammad, dalam dunia politik, jika ingin duduk di kursi kekuasaan, semua potensi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Tak terkecuali, kelompok minoritas gender dan seksual yang kerap dijadikan alat untuk meraup suara pada saat pesta demokrasi digelar.
“Namanya juga politik kan. Kalau politik itu kan bagaimana cara memenangkan untuk menuju kekuasaan,” kata Andi Muhammad dalam sesi wawancara Podcast bersama Bollo.id, Sabtu 6 Juli 2024.
Dukung kami
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Namun kata dia, mereka yang ingin menjadi pejabat jangan hanya memanfaatkan kelompok minoritas gender dan seksual ini dengan memberikan janji-janji dan harapan. Agar kelompok minoritas gender dan seksual ini memberikan sokongan suara pada pilkada.
Andi Muhammad menyadari bahwa fenomena itu kerap terjadi saat momentum jelang pelaksanaan pemilihan. Isu ini menurutnya, menjadi ajang calon pejabat menawarkan janji politik ke publik, termasuk kelompok minoritas. “Tapi pada saat dia menjabat terabaikan. Bahkan terbalik dari janji-janji,” katanya.
Andi Muhammad, menyerukan jika ada pemimpin yang hanya ingin memanfaatkan suara dari kelompok minoritas gender dan seksual untuk kembali duduk di kursi jabatan, diabaikan saja. “Ya sebaiknya jangan dipilih kedepan. Kalau mau carilah pemimpin yang bisa mengayomi semua kepentingan yang ada.”
Dia pun setuju jika isu kelompok minoritas diangkat saat debat antar calon difasilitasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) nanti. “Sangat setuju. Kenapa tidak, karena inikan jadi persoalan nanti. Tapi saya kira mungkin ada isu-isu lain yang lebih penting, kalaupun diangkat (isu kelompok minoritas), saya kira juga menarik.”
Editor: Sahrul Ramadan