Para peserta Porseni Waria-Bissu Sulawesi Selatan di Soppeng bersiap membuka acara sebelum dibubarkan kepolisian/LBH Makassar.
Para peserta Porseni Waria-Bissu Sulawesi Selatan di Soppeng bersiap membuka acara sebelum dibubarkan kepolisian/LBH Makassar.

Pemimpin yang Tidak Peduli Budaya: Ancaman Identitas Lokal

Seorang pemimpin yang dibutuhkan Sulsel adalah mereka yang memahami pentingnya menjaga harmonisasi budaya dan kearifan lokal.

Sulawesi Selatan dikenal sebagai wilayah dengan warisan budaya yang kaya dan beragam. Tradisi seperti Maulid, Barzanji, budaya Bissu, hingga adat-istiadat Bugis-Makassar yang telah mengakar menjadi identitas kuat masyarakatnya. 

Di tengah arus modernisasi, warisan ini membutuhkan perlindungan dan perhatian lebih, bukan hanya dari masyarakat, tetapi juga dari pemimpinnya. Seorang pemimpin yang dibutuhkan Sulsel adalah mereka yang memahami pentingnya menjaga harmonisasi budaya dan kearifan lokal. 

Budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan fondasi yang memperkuat identitas masyarakat di masa kini dan masa depan. Pemimpin yang peduli budaya akan mendukung pelestarian tradisi, memastikan generasi muda tetap mengenal dan menghargai warisan leluhur.

Budaya Sebagai Aset, Bukan Beban

Bagi masyarakat Sulsel, tradisi dan kearifan lokal seperti gotong-royong, musyawarah, dan penghormatan kepada leluhur adalah nilai-nilai yang terus hidup. Pemimpin yang baik tidak akan melihat tradisi ini sebagai hambatan, tetapi sebagai aset penting untuk membangun masyarakat yang harmonis.

Harmonisasi budaya juga mencerminkan toleransi dan inklusivitas. Sulsel membutuhkan pemimpin yang mampu merangkul semua kelompok, termasuk pelaku tradisi seperti Bissu, serta mendukung kegiatan budaya seperti festival adat, perayaan Maulid, dan lainnya. Dengan begitu, budaya lokal dapat terus berkembang tanpa kehilangan esensinya.

Pemimpin yang Tidak Peduli Budaya: Ancaman Nyata

Pemimpin yang tidak peduli pada budaya atau bahkan menghambat pelestariannya hanya akan merusak identitas masyarakat. Tradisi yang diabaikan lama-kelamaan akan hilang, dan masyarakat akan kehilangan akar sejarah serta nilai-nilai yang mengajarkan kebersamaan dan kearifan hidup.

Ketika seorang pemimpin tidak memahami pentingnya budaya, mereka tidak hanya menolak tradisi, tetapi juga menutup ruang dialog antara masa lalu dan masa depan. Pemimpin seperti ini tidak cocok untuk Sulawesi Selatan, yang memiliki sejarah panjang sebagai pusat peradaban di Nusantara.

Membangun Sulawesi Selatan dengan Kearifan Lokal

Pemimpin yang ideal adalah mereka yang menjadikan kearifan lokal sebagai panduan dalam mengambil kebijakan. Kebijakan yang berbasis budaya akan lebih dekat dengan masyarakat, mudah diterima, dan memiliki dampak jangka panjang yang positif.

Sulawesi Selatan butuh pemimpin yang mendukung pelestarian budaya, seperti memberikan perhatian pada acara adat, ritual tradisional, dan kesenian lokal.

Mendorong pendidikan budaya, sehingga generasi muda tidak melupakan warisan leluhur. Terakhir, melibatkan masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tradisi.

Pemimpin yang tidak peduli budaya adalah ancaman bagi identitas lokal Sulsel. Budaya dan kearifan lokal adalah nyawa masyarakat, dan merusaknya sama saja dengan mengikis akar kebersamaan dan solidaritas. 

Sulsel membutuhkan pemimpin yang mampu merawat tradisi sebagai kekuatan untuk membangun masa depan. Pemimpin yang peduli budaya tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memastikan masyarakat tetap memiliki identitas yang kuat di tengah arus modernisasi. 


Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Halilintar Latief

Antropolog dan budayawan Sulawesi Selatan

Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Essay

Skip to content