Bollo.id — Jikalau saya ingin menceritakan tentang Dusun Bugajea, Kabupaten Maros secara singkat-pemukiman warga yang dikelilingi gugusan dinding karst-bagian dari bentangan Karst Maros-Pangkep, yang di bagian lainya adalah hamparan sawah dan rumah warga yang terbuat dari bangunan semi permanen dan permanen.
Di utara Dusun Bungaeja, yang jaraknya tidak lebih 3 kilometer ada pusat wisata Rammang-rammang, dan kawasan konsesi dari perusahaan semen milik PT Semen Bosowa yang dibangun pada tahun 1996 dan beroperasi secara komersial 3 tahun setelahnya, atau di tahun 1999.
Di suatu siang di bulan Juli, saya bertemu dengan Jumriah, perempuan paruh baya yang hampir seluruh hidupnya dihabiskan di Dusun Bungaeja. Jumriah berkisah soal ledakan-ledakan dari dari aktivitas tambang PT Semen Bosowa.
Menurut dia, awalnya tidak ada dampak yang dirasakan oleh warga sekitar perusahaan, bahkan sebagian merasa diuntungkan karena dapat bekerja di pabrik tersebut.
Baca juga:
- Peran Komunitas Merefleksi Bentang Alam Maros-Pangkep
- Melihat Kehidupan di Balik Gugusan Karst Maros
- Tempat Pembuangan Minim, Sampah Berserakan ke Jalan di Moncongloe Maros
Namun, seiring berjalannya aktivitas tambang itu, masyarakat sekitar mulai merasakan efeknya, mulai dari getaran yang kencang sampai memecahkan kaca rumah warga sampai efek debu sisa hasil peledakan batuan gamping. “Kalau jam 12 siang itu, keluar lagi suara (ledakan), setiap hari begitu,” kata Jumriah.
Pengalaman dari ledakan aktivitas tambang juga saya alami sendiri. Di Dusun Bungaeja, ketika sedang beristirahat di kolam wisata Bungaeja yang dikelola oleh BUMD setempat, tiba-tiba terdengar suara ledakan selama 6 detik dan diikuti dengan getaran yang cukup kencang.
Dari kejauhan terlihat kepulan debu menyerupai kabut mulai berterbangan. Debu itu terbawa angin dari arah barat ke arah timur. Jika memasuki musim kemarau , debu-debu efek ledakan bisa sangat sangat jelas terlihat.
Sangat mudah menandainya-baju yang seketika berwarna coklat ketika dijemur atau daun daun tanaman milik warga sekitar yang berubah warna. Masih dari informasi Jumriah, jika musim kemarau panjang tiba, akan ada mobil yang melakukan penyiraman di jalan dan menjadi keuntungan bagi perusahaan tambang jika musim hujan tiba.
Debu yang dihasilkan akan dengan sendirinya larut bersama air hujan. Kaseng, juga merasakan dampak dari debu yang dikeluarkan dari aktivitas tambang ini.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Pria berumur 60 tahun ini bercerita jika di musim-musim tertentu, utamanya jika arah angin berhembus dari barat ke timur, sebaran debu sampai di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene kepulauan. “Mengeluh, mengeluh tidak bisaki apa-apa karena dia tidak narasakanji,” tutur Kaseng.
Jika melihat data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), disebutkan ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.
Dalam penjelasannya, partikel debu ini selain memiliki dampak bagi lingkungan juga bagi kesehatan masyarakat seperti memicu terjadinya gangguan pernapasan dan berpotensi pada berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh manusia.
Debu akan terus bertebaran selama perusahaan masih aktif beroperasi. Jika tidak ada upaya yang konkret maka akan mengancam banyak hal utamanya akan mengganggu ekosistem yang ada disekitarnya mulai dari lingkungannya itu sendiri sampai fauna dan flora yang ada.
Kembali ke Dusun Bungaeja, BUMD setempat saat ini mengembangkan wisata desa berupa kolam renang yang menjadi pilihan alternatif masyarakat di sekitar Kabupaten Maros untuk menghabiskan waktu bersama sanak keluarga.
Editor: Sahrul Ramadan