Bollo.id — Sampah sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Diperkampungan, keberadaan sampah sangat mudah untuk ditemui, tidak mengenal tempat. Bahkan di sepanjang jalan, sampah sangat mudah ditemukan.
Di ujung-ujung jembatan apalagi, letaknya yang strategis menjadi salah satu sasaran empuk untuk dijadikan tempat pembuangan sampah umum. Termasuk sampah rumah tangga.
Jika kondisinya begini terus dan tidak ada upaya penanganan serius dari semua pihak, maka akan menjadi ancaman. Bukan hanya ancaman bagi lingkungan, tetapi juga akan menjadi ancaman bagi kesehatan.
Pagi menjelang siang, saya bersama Ali menyusuri Dusun Bungaeja. Dusun di Desa Tukamasea, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, yang saat ini sedang naik daun atau tenar.
Itu karena salah satu destinasi wisata pemandian yang ada di Maros ini, menawarkan bentang bebatuan kapur (karst) dan dikelilingi hamparan persawahan milik warga. Membuat tempat ini nyaman.
Akan tetapi pandangan itu seketika teralihkan, ketika saya menyusuri jalan dusun. Mulai dari jalan masuk, kami sudah bisa mendapati sampah plastik yang kebetulan jalan itu tepat berada di dekat persawahan masyarakat.
Tidak hanya di pinggir jalan, hal yang sama kami dapati di salah satu jembatan Dusun Bungaeja. Sangat tampak jelas tumpukan sampah di ujung jembatan itu. “Beh banyakna di sini. Di sini kapa sering orang buang sampah,” kata Ali kawan saya, spontan ketika melihat tumpukan sampah tersebut.
Baca juga artikel tentang Bungaeja lainnya:
- Toponimi Bungaeja
- Pentingnya Merawat Sumber Mata Air di Bungaeja
- Karst dan Hubungannya dengan Pertanian di Bungaeja
- Menggali Pengetahuan Lokal Bulu Kamase dan Sumber Alamnya untuk Warga
Setelah itu, kami melanjutkan perjalan. Selama perjalan tak luput dari pengamatan sembari bercerita di atas motor. Melihat tumpukan sampah dan bekas pembakaran sampah di pekarangan rumah warga, membuat kami berkesimpulan: agar sampah tidak menumpuk, langkah solutif warga adalah membakar sampahnya dan hampir tiap rumah punya pembakaran sendiri di pekarangannya.
Tujuh hari kemudian, saya dan Alif kawan saya yang lainnya, kembali mengunjungi Dusun Bungaeja. Sore itu sedang gerimis. Dua orang anak perempuan menghentikan permainannya dan lari berpegangan tangan untuk berteduh.
Kami juga bergegas berteduh di pos ronda dekat SD Dusun Bungaeja. Di pos ronda itu sudah ada pak Kasim, 53 tahun dan Jumrah perempuan 23 tahun. Kebetulan mereka sedang membuat ketupat untuk persiapan hari raya Idulfitri. “Persiapan lebaran pak di?” tanya saya.
Melihat sampah, bekas potongan daun pandan saya kembali bertanya “Nanti sampah ini dibuang dimana?”. “Dikasih kumpul di samping posji,” kata pak Kasim sambil menunjuk area dekat pos.
“Kalau warga di sini buang sampah di mana?,” tanya saya kepada bapak dan ibu itu. “Di depan rumahji kalau nanti banyakmi, baru dibakar,” kata ibu Jumrah disambung pak Kasim “Yaa, biasa dibakarji kalo banyak.”
Tidak ada pusat pembuangan sampah untuk masyarakat, jadi mereka membakarnya. Selain sampah rumah tangga, salah satu sumber sampah lainnya yaitu para pengunjung wisata yang kadang juga membuang sampah sembarangan.
Regulasi soal sampah dan bagaimana penerapannya?
Menurut UU 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, yang dimaksud sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah ini dihasilkan manusia setiap melakukan aktivitas sehari-hari.
Pengelolaan sampah menerapkan paradigma baru yaitu pengelolaan sampah secara holistik dari hulu sampai hilir. Saat ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sedang menggodok peraturan daerah (perda) terkait pengelolaan sampah.
Harapannya, dengan adanya dukungan perda tersebut maka pemerintah daerah bisa semakin serius dalam penanganan sampah. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Maros, sampah yang ada bisa mencapai 10 ton perhari.
Tentu ini cukup besar, dan pasti akan bertambah terus menerus jika tidak ada langkah konkret. Akan ada banyak hal yang terganggu jika pengelolaan sampah tidak maksimal. Perlu edukasi untuk semua pihak.
Ini bisa dilakukan jika terbangun komitmen bersama lapisan mulai dari masyarakat sampai dengan pemerintah. Intinya persoalan sampah adalah tanggung jawab kolektif, bukan tanggung jawab satu pihak saja.
Jadi, jika sampah adalah suatu hal yang tidak menarik untuk dibicarakan, lalu sampai kapan persoalan ini akan terus kita wariskan. Harus ada langkah-langkah kecil yang dimulai dari sekarang, setidaknya dimulai dari diri kita dan keluarga terdekat kita sendiri.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Editor: Sahrul Ramadan