Bollo.id — Kampung Tubiri, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakkukang adalah salah satu wilayah yang terbilang sulit mendapatkan akses air bersih di Kota Makassar. Di samping mal yang megah dengan ketersediaan air melimpah, Kampung Tubiri kebalikan dari keadaan itu.
Sulitnya mengakses air bersih dirasakan oleh Lukman, salah satu warga Tubiri. Menurutnya, kesulitan mendapatkan air disebabkan kondisi topografi Tubiri yang berada di dataran tinggi.
“Memang kalo (dilihat dari jalan Urip) nda terasa (dataran) tinggi, tapi kalo sudah sampai di ujung lorong, kita tengoklah (dari lorong sini) ke luar ke jalan, kita sama tinggi mobil truk di luar. (Dataran tinggi di sini), jadi air susah ngalir ke sini,” kata Lukman, Kamis, 28 November 2024 pagi.
Lukman dan warga sekitarnya mengandalkan air sumur bor. Ia bilang, air PDAM telah masuk ke Tubiri, tetapi air yang mengalir melalui pipa tidak mengalir sampai ke rumahnya yang berada kurang lebih 350 meter ke dalam dari gerbang masuk kampung.
“Ini sumur bor (dipakai), itupun kalau kemarau sekitar bulan 6 sampai 10 lalu, nda ada airnya, (kita) setengah mati,” lanjutnya. Sumur bor yang dimaksud Lukman adalah miliknya. Air sumur bornya ia berikan ke kurang lebih 30 rumah tangga yang ada di sekitarnya.
“Iya, sumur bor pribadi, (saya) kasih tetangga, sekitar 30 rumah yang pakai ini air dengan 2 pipa ini. Kasian toh mereka nda dapat air PDAM, makanya pake sumur bor saja, saling membantu, daripada pemerintah diharapkan nda ada masuk-masuk (air PDAM),” tambahnya.
Lukman pun menunjuk sumur bor yang berada di depan rumahnya. Colokan dan soket listriknya pun berada di samping rumah yang terbuka diakses warga sekitar. Pompa air dijadwalkan dinyalakan setiap dua jam agar air yang tersalurkan merata ke warga yang lain.
“Itu tadi ibu-ibu datang kasih nyala mesin, baru bisa mereka pakai. Saya bilang ji kalau mau mereka pakai, kasih menyala sendiri mi,” katanya.
“Pake jadwal (orang ambil air), kalo nda dijadwal, seenaknya mereka, nda rata juga (penyaluran airnya). Nanti 2 jam berikut datang lagi yang lain. Dulu per 1 jam (orang ambil air) kalo lagi kurang-kurangnya air. Kalo penampungan air (warga) sudah penuh, dikasi berhenti lagi (mesinnya). Kalo (mesinnya) jalan terus, yang lain tidak dapat (air),” ujarnya.
Pria asli Tubiri itu mengungkapkan bahwa di situ juga bertransaksi jual-beli air bersih beberapa bulan lalu. Ia selaku pemilik sumur bor juga membatasi isi ulang jeriken air bersih agar penyaluran merata ke warga lainnya.
“Banyak (yang beli air) pas musim kemarau. Biasa mereka antre galonnya di sini. Terakhir sekitar bulan 8-9 lalu, kan baru musim hujan ini. Mereka bayar seribu atau dua ribu rupiah per galon atau jeriken. Saya batasi, 5 wadah per orang diisi. Kalo 1 orang mau 10 lalu diisi 10, yang lain dapat apa?,” Lukman menyudahi.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Editor: Sahrul Ramadan