Warga Lantebung sedang antri air/Ade Saskia
Warga Lantebung sedang antri air/Ade Saskia
/

Pergumulan Warga Lantebung di Tengah Krisis Air

Kelangkaan air juga diperparah sejak menjamurnya perusahaan-perusahaan yang mengelilingi Lantebung.

Makassar – Bollo.id — “Yang, hujan turun lagi….

Demikian sepenggal lirik yang membuka lagu Antara Benci dan Rindu dari Ratih Purwasih, yang kerap berdendang ketika hujan mulai berjatuhan membasahi bumi. Sayangnya, hujan yang belakangan dielu-elukan warga Warga Lantebung hanya sekadar numpang lewat.

Air menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari warga yang bermukim di Kelurahan Bira, Makassar itu. Baik untuk kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan pokok bagi tubuh kita sebagai manusia.

Untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci baju tentu sangat bergantung pada air, bukan?


Baca kiriman jurnalis warga Bollo.id yang lain: Suhu Laut Memanas, Petani Rumput Laut Bantaeng Merugi


Di Lantebung, ada sumur-sumur tradisional yang digunakan secara umum, tersebar di beberapa titik. Tetapi rasa airnya payau dan sedikit asin. Air dari sumur itu hanya diperuntukkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci baju dan piring dan dibayar secara sukarela.

Ma’ timba ki dulu, baru dibawa pulang, dipakai mami cuci baju sama piring,” ucap Nurhana, seorang ibu di Lantebung. “Karena kalau dipakai mandi itu kering dirasa kulit. Karena payau airnya.”

Air sumur di Lantebung banyak yang payau dan berasa asin/Ade Saskia
Air sumur di Lantebung banyak yang payau dan berasa asin/Ade Saskia

Tapi sumur-sumur tradisional ini belum mampu menjamin kebutuhan  sehari-hari warga, karena selain dapat mengering dan butuh waktu lama untuk dapat terisi kembali. Karena itu, membeli air sumur bor menjadi jalan keluar warga ketika stok air di rumah sudah berkurang.

Di Lantebung juga ada beberapa warga yang memutuskan membuat sumur bor di areal rumahnya. Sumur bor ini menjadi penghasilan tambahan buat pemilik. Sebab air yang dihasilkan dapat dijual perjerigen.

Harganya macam-macam. Ada yang Rp500 – Rp1000 per satu jerigen lima liter. Tak jarang juga, ada yang mencoba membuat sumur bor tapi urung memperoleh air dari bawah tanah. Tetapi, ada juga yang hanya mengebor 10 meter dan sudah mendapatkan air yang melimpah.

“Kayaknya mata air ini sumurku,” kata Kamis, salah satu pemilik sumur bor. “Karena kalau hujan barang sebentar, ndak akan berhenti mesin airku memompa.”


Bollo.id saat ini sedang bersama sepuluh orang muda di Sulawesi Selatan, mengembangkan jurnalisme warga. Orang muda ini berasal dari wilayah yang beririsan dengan berbagai konflik lingkungan, dari ancaman reklamasi hingga pertambangan.

Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Kelangkaan air juga diperparah sejak menjamurnya perusahaan-perusahaan yang mengelilingi Lantebung. Kampung ini dikeliling Kawasan Industri Makassar, kompleks pergudangan Parangloe, hingga pergudangan Lantebung. Situasi inilah yang menurut warga menjadi faktor utama mengapa aliran air dari pipa PDAM sulit mencapai Lantebung.

Aliran air dari PDAM Kota Makassar, sebetulnya sudah masuk ke Lantebung sejak lama, menggunakan pipa induk. Hanya saja di Tahun 2019 aliran air yang masuk sudah mulai berkurang, dan bahkan suatu waktu aliran air yang mengalir hanya di jam-jam tertentu, seperti di jam tiga subuh.

Di tengah kondisi itu, untuk bisa mendapatkan air yang banyak, terkadang para ibu harus bangun sebelum jam tiga subuh, mempersiapkan ember-ember atau pun jerigen untuk menampung air. Sebagian warga bahkan memasang mesin pompa air, dengan harapan dapat menghisap air lebih banyak, sampai pada suatu saat, air PDAM tidak lagi mengalir. Sama sekali.

Bantuan pasokan air bersih masuk ke Lantebung/Ade Saskia
Bantuan pasokan air bersih masuk ke Lantebung/Ade Saskia

Namun hingga sekarang, Warga Lantebung masih sangat mendambakan pasokan air dari PDAM, selain karena itu hak mereka sebagai pelanggan air PDAM dan taat membayar biaya tepat waktu.

Tak jarang juga Lantebung, kemasukan bantuan air dari Badan Penanganan Bencana Daerah Kota Makassar, Brimob, hingga para calon legislatif yang mencoba menarik hati masyarakat Lantebung.

Namun setiap rumah di setiap Rukun Tetangga, hanya mendapatkan jatah lima jerigen. Dan entah akan sampai kapan kekeringan ini akan berakhir, agar kelak bila sudah hujan pula, para warga dapat menampung air hujan untuk digunakan kebutuhan sehari-hari.


1 Comment

Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Ceritaan

Skip to content