Potret sampah berserakan di tepian pantai di Bantaeng/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Potret sampah berserakan di tepian pantai di Bantaeng/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Sampah Rusak Citra Tepian Pantai Bantaeng

Orang yang membuang sampah di pinggir jalan menuju pinggir pantai adalah masyarakat Bantaeng sendiri yang kesadaran lingkungannya nihil

Bollo.id — Pantai di pinggir jalan Poros Bantaeng-Bulukumba menjadi tempat pembuangan sampah oleh orang yang tak bertanggung jawab. Selain perahu fiber yang berada di pinggir pantai, sampah juga tampak berserakan. 

Potret kurang elok itu tepat di tepian pantai depan Kantor Desa Borongloe. Nelayan rumput laut bernama Sapri bilang, orang yang membuang sampah di pinggir jalan menuju pinggir pantai adalah masyarakat Bantaeng sendiri. 

Selain dari masyarakat, sampah juga hanyut dari laut menuju pinggir pantai. Mulai dari sampah plastik, sampah alat nelayan, hingga spanduk kepala daerah berserakan di pinggir pantai itu.

“Ini sampah dari masyarakat. Biasanya kalo besar ombak ini, kalau musim barat, biasanya banyak juga sampah dari laut, nda tau sampah dari mana itu hanyut (ke pinggir laut),” kata Sapri, saat ditemui Kamis, 21 November 2024 sore.

Sapri menyoroti tindakan warga yang membuang sampah di pinggir pantai. Sampah tersebut mengganggu pemandangan, memengaruhi ekosistem dan tempat pengeringan rumput laut yang idealnya tidak terkontaminasi sampah. “Banyak sampah, bonnyo (busuk) rumput laut,” terangnya.

Di sekitar tempat pengeringan terlihat limbah rumput lautnya. Kondisi cuaca dan air laut yang mempengaruhi produksi rumput lautnya. “Itu sampah rumput laut, nda jadi. (Rumput laut gagal karena) nda ada hujan dan panas air laut,” tambahnya.

Potret sampah berserakan di tepian pantai di Bantaeng/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Potret sampah berserakan di tepian pantai di Bantaeng/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Meski sampah masyarakat dan limbah rumput laut bertebaran di pinggir pantai itu, sampah-sampah tersebut tidak kunjung diangkut oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, masyarakat berinisiatif sendiri mengurus sampah itu dengan cara membakarnya.

“Iya (tidak ada mobil sampah yang angkut sampah pinggir pantai ini ke tempat pembuangan akhir (TPA). Biasanya kalo (sampahnya) berkumpul dekat perahu ini, (sampahnya) dibakar,” katanya.

Sapri menerangkan bahwa pada akhirnya, warga sendiri yang mengurus sampah berserakan itu. Meskipun pembakaran sampah itu hanya terlaksana jika hanya saat warga ingin inisiatif membakarnya seperti sekali sebulan.

Sapri sendiri adalah warga asal Kabupaten Gowa. Pria 39 tahun ini menjadi nelayan rumput laut dan pantai sebagai lahan perairan sumber komoditas sekaligus tempat pengeringan rumput lautnya. Ia mencari rumput laut pada pagi hari dan mengeringkannya tiga kali seminggu. 

Rumput laut dipasarkan ke Makassar. Harga normal rumput lautnya sekitar Rp30.000-an per kilogram, tetapi jika kualitas rumput lautnya sedang tidak baik, maka rumput lautnya dipasarkan setengah dari harga normal.


Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Editor: Sahrul Ramadan


Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Warga Bercerita

Skip to content