Bollo.id — Menggambarkan Dusun Bungaeja, Desa Tukamasea, Kecamatan Batimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, rasanya tidak cukup dari satu sisi saja.
Hamparan sawah pertanian dan rumah warga yang dikelilingi gugusan “tower” karst yang tersusun sedemikian rupa menjadi keunikan tersendiri di kawasan ini.
Keindahan kawasan dengan keanekaragaman hayatinya dari tahun-ketahun mendapat ancaman dari aktivitas pertambangan yang ada di sekitar Bungaeja. Hampir sebagian areal dusun yang ada di sebelah utara menjadi kawasan konsesi dari PT Semen Bosowa.
Merujuk dalam data pendirian, perusahaan semen ini mulai dibangun pada tahun 1996 kemudian diuji coba pada tahun 1998 sampai pada tahun 1999 perusahaan ini telah diresmikan dan mulai beroperasi secara komersial.
Awalnya tidak ada dampak yang dirasakan oleh warga sekitar perusahaan, bahkan sebagian merasa diuntungkan karena dapat bekerja di pabrik tersebut. Namun dari tahun ketahun masyarakat sekitar mulai merasakan efeknya.
Mulai dari getaran yang kencang sampai memecahkan kaca rumah warga hingga efek debu sisa hasil peledakan batuan gamping.
“Kalau jam 12 siang itu, keluar lagi suara (ledakan), setiap hari begitu” Kata Jumriah, salah satu warga Bungaeja. Ledakan itu membawa getaran dan suara yang keras, namun masyarakat sudah maklum akan hal itu.
Baca juga artikel tentang Bungaeja lainnya:
- Toponimi Bungaeja
- Pentingnya Merawat Sumber Mata Air di Bungaeja
- Karst dan Hubungannya dengan Pertanian di Bungaeja
- Menggali Pengetahuan Lokal Bulu Kamase dan Sumber Alamnya untuk Warga
Hal itu juga saya jumpai ketika saya sedang beristirahat di gazebo sekitar kolam wisata Bungaeja. Sambil memperbaiki catatan hasil reportase, tiba-tiba terdengar suara ledakan selama 6 detik dan diikuti dengan getaran yang cukup kencang.
Dari kejauhan terlihat kumpulan yang menyerupai kabut mulai berterbangan, entah itu debu hasil ledakan atau asap bekas pembakaran oleh warga sekitar. Intinya kumpulan itu berterbangan dari arah barat ke arah timur, tidak bisa dipastikan secara jelas apalagi kalau siang hari.
Usut punya usut, ternyata itu adalah hasil pelepasan debu dari perusahaan tambang. Jika musim kemarau tiba, maka debu-debu itu akan sangat jelas terlihat apalagi kalau kita memakai atau menjemur baju yang berwarna gelap.
Biasa juga ditemui di daun-daun tanaman yang ada di sekitar rumah atau di kebun milik warga. Biasanya jika musim kemarau panjang tiba, akan ada mobil yang menyiram di jalan. Di sisi lain, menjadi keuntungan bagi perusahaan tambang jika musim hujan tiba.
Debu yang dihasilkan akan dengan sendirinya larut bersama air hujan. Menurut Departemen Kesehatan RI, ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Partikel debu ini selain memiliki dampak bagi lingkungan juga bagi kesehatan masyarakat.
Seperti memicu terjadinya gangguan pernapasan dan berpotensi pada berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh manusia. Debu akan terus bertebaran selama perusahaan masih aktif beroperasi.
Jika tidak ada upaya yang konkret, maka akan mengancam banyak hal. Utamanya akan mengganggu ekosistem yang ada disekitarnya. Mulai dari lingkungan sampai fauna dan flora yang ada.
“Mengeluh, mengeluh tidak bisaki apa-apa karena dia tidak narasakanji” tutur Kaseng warga setempat. Pria berumur 60 tahun ini melanjutkan, bahwa masyarakat tidak bisa berbuat banyak, hanya akan merasakan dampaknya dari tahun-ketahun.
Di musim-musim tertentu, utamanya jika arah angin berhembus dari barat ke timur daerah sebaran debu ini bahkan sampai di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Tetangga wilayah terdekat perbatasan Maros.
Belum lagi di Dusun Bungaeja ini sedang dikembangkan wisata desa berupa kolam renang yang dapat menjadi pilihan alternatif masyarakat di sekitar Maros untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Tentu pengunjung juga akan merasakan getarannya dan juga areal ini lambat laun akan menerima dampak dari aktivitas tambang tersebut. Utamanya dampak pada kerusakan lingkungan.
Jika pencemaran lingkungan semakin tinggi, pengunjung akan merasa terganggu dan akan menjadikan objek wisata tersebut tidak dikunjungi lagi. Diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan hidupnya.
Diperlukan edukasi terkait bahayanya pencemaran lingkungan dalam hal ini polusi debu pertambangan. Pihak pemerintah pun harus turun tangan dalam permasalahan ini. Memberikan peringatan untuk perusahaan tambang dan solusi agar lingkungan hidup bisa kembali sehat dan ekosistemnya tetap terjaga.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Editor: Sahrul Ramadan