Bollo.id — Toponimi adalah bidang linguistik yang membahas tentang asal-usul penamaan suatu tempat, wilayah atau suatu bagian lain dari permukaan bumi. Termasuk yang bersifat alam mencakup sungai, lautan dan pegunungan. Sementara yang bersifat buatan seperti kota, gedung, jalan hingga jembatan atau secara umum infrastruktur.
Toponimi juga merupakan bagian dari etnologi dan kebudayaan yang membahas nama-nama suatu tempat yang berkaitan dengan sejarah, mitos, maupun legenda suatu tempat.
Pada prinsipnya, pemahaman atas penamaan atas suatu wilayah menjadi penting karena memiliki tujuan untuk membangun karakter budaya masyarakatnya, melestarikan warisan budaya, serta membangun jati diri bangsa.
Memaknai nama rupabumi akan dapat mencerminkan keberadaan suatu daerah dengan berbagai peradabannya.
Bungaeja
Secara administratif, Bungaeja adalah salah satu dusun yang ada di Desa Tukamasea, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Jarak dusun ini dari ibu kota kabupaten lebih kurang 13 kilometer, dan dari ibu kota kecamatan lebih kurang 9 kilometer.
Dusun Bungaeja memiliki jumlah penduduk 820 jiwa. Rinciannya, 405 laki-laki dan 415 perempuan. Sama halnya dengan wilayah yang berada di sekitar area karst. Mayoritas penduduk masyarakat di Dusun Bungaeja bekerja sebagai penggarap lahan.
Baik itu petani padi ataupun petani di ladang kebun untuk menanam tanaman hortikultura. Adapula yang bekerja sebagai pemungut hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti aren, madu,bambu, dan lainnya. Dusun Bungaeja memiliki daerah yang berbatasan langsung dengan hutan primer yang wilayahnya masuk dalam zona Hutan Lindung.
Selain itu, sebagian wilayah di Dusun Bungaeja tepatnya yang ada di kampung Tompobalang masuk dalam area konsesi tambang milik PT Semen Bosowa Maros, yang sampai sekarang aktivitas pengerukan tanah masih berlangsung.
Menurut Jamaluddin warga setempat, area konsesi tambang sebenarnya luas karena beberapa kampung-kampung yang ada di Bungaeja itu telah diukur. Tapi entah apa pertimbangannya sampai hanya kampung Tompobalang yang dibebaskan untuk dijadikan area penambangan.
Luas Dusun Bungaeja lebih kurang 700 Ha dengan luas wilayah desa lebih kurang 20,14 kilometer persegi. Kondisi Dusun Bungaeja berupa daratan, memiliki bukit karst, sungai ataupun elemen lainnya.
Hanya terdapat 3 RT di dusun ini. Yaitu Kampung Beru, Bentenge dan Tompobalang dengan total penghuni sebanyak 241 Kepala Keluarga. Dusun ini memiliki jumlah penghuni terbesar ketiga di Desa Tukamasea, setelah Dusun Bontokappong dan Dusun Manarang.
Sekilas tentang Jejak Alfred Russel Wallace di Bungaeja
Berdasarkan Kamus Makassar-Indonesia terbitan tahun 1995, jika merujuk dalam terminologi, Bungaeja berasal dari dua kata. Yaitu Bunga yang berarti kembang dan Eja yang berarti merah.
Tanaman yang memiliki bunga yang berwarna merah ini konon banyak ditemui di wilayah ini, sehingga hal inilah yang menarik perhatian orang luar (suku Makassar) untuk rutin berkunjung sampai bermukim di daerah ini (Tompobalang) yang sampai pada akhirnya menamainya Bungaeja.
Alfred Russel Wallace, seorang naturalis berkebangsaan Inggris (1823-1918) kala berusia 34 tahun telah menginjakkan kaki di Maros tepatnya pada tahun 1857. Dari Makassar, dia melewati pesisir dan sungai. Berdasarkan beberapa cerita yang ada, Wallace pernah mendirikan pondok di daerah Tompobalang.
Jika ditarik benang merah berdasarkan cerita yang ada, besar kemungkinan bahwa kunjungan Wallace ke Tompobalang ditemani oleh orang dari Makassar sehingga penamaan Bungaeja lebih condong ke bahasa Makassar daripada bahasa Bugis sebagai bahasa lokal masyarakat setempat.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Editor: Sahrul Ramadan
[…] Baca juga artikel Bungaeja lainnya: Toponimi Bungaeja […]
[…] Toponimi Bungaeja […]
[…] Toponimi Bungaeja […]
[…] Toponimi Bungaeja […]