Potret aktivitas perusahaan pertambangan di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah/Bollo.id
Potret aktivitas perusahaan pertambangan di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah/Bollo.id

Warga Labota Keluhkan Debu Batu Bara 

Sepanjang tahun dan setiap harinya, warga cemas dengan debu batu bara akibat aktivitas PLTU perusahaan yang berdekatan dengan pemukiman

Bollo.id — Masyarakat Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah mengeluhkan debu batu bara yang mengotori rumahnya. Sebab, debunya bertebaran ke mana-mana. Pihak perusahaan pun tak mau mengganti rugi pencemaran udara akibat dari aktivitas tersebut. 

Saharuddin, 37 tahun mengaku aktivitas perusahaan ini sangat mengganggu masyarakat setempat. Karena, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berdekatan dengan pemukiman. Apalagi, conveyor batubara dari jetty menuju ke kawasan perusahaan tidak ditutupi terpal dan melintas di atas rumah warga. 

“Setiap hari kita menyapu karena debunya tebal,” kata warga Desa Labota saat ditemui di rumahnya Juni 2024. Ia meyakini debu yang masuk ke rumah adalah batu bara lantaran warnanya hitam. 

Sehingga, untuk membersihkannya tidak cukup hanya dengan disapu saja, tetapi harus dipel. Karena debunya melengket di teras rumah. Dia bercerita jika aktivitas batu bara ini sudah meresahkan warga sejak setahun terakhir. 

Bahkan, masyarakat berkali-kali melakukan aksi demonstrasi, namun perusahaan tak menggubris. “Tiap hari kita hirup ini udara,” ucap Saharuddin. “Secara geografis Desa Labota memang paling terdampak,” tambahnya.

Potret aktivitas perusahaan pertambangan di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah/Bollo.id
Potret aktivitas perusahaan pertambangan di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah/Bollo.id

Tahun 2014, masyarakat Desa Labota masih menikmati keasrian wilayahnya lantaran masih dipenuhi hutan. Namun, seiring berjalannya waktu, hutan itu ditebang dan dibangunkan perusahaan. 

Setelah itu, perusahaan mengarah ke wilayah pesisir, dimana perusahaan melakukan reklamasi untuk membuat pelabuhan pengangkutan batubara, ore nikel, hingga bahan hasil produksi yang diekspor. “Dulu di sini sangat asri dan masyarakat hidup dengan tenang,” kenang Saharuddin. 

Parlin, warga Desa Labota menambahkan sejak ada perusahaan, polusi udara mulai dirasakan oleh masyarakat. Karena, batubara dari jetty melintas di atas pemukiman warga tanpa ditutupi terpal. Selain itu, ada juga debu yang langsung dari dalam kawasan ke pemukiman warga. 

“Entah debu apa karena pedis mata,” ucap dia. Juni lalu, lanjut dia, masyarakat mengeluhkan kondisi udara di Labota. Sebab, mereka merasakan perih mata dan tenggorokan akibat udara dari kawasan perusahaan. 


Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Penulis: Jurnalis warga

Editor: Sahrul Ramadan


Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Warga Bercerita

Skip to content