Kamis, 12 Desember 2024, publik sepak bola Indonesia berkabung setelah mengetahui bila insiden kecelakaan di Tol Pasuruan-Probolinggo, tepatnya di KM 842/200, merenggut nyawa Syamsuddin Batolla, pelatih kepala Persewangi Banyuwangi.
Mobil Toyota Avanza yang ditumpanginya menabrak bus Hino. Syamsuddin berangkat menuju Surabaya bersama staf administrasi Persewangi, Ari Mustofa. Mereka hendak menghadiri manajer meeting persiapan gelaran Liga 4 oleh Asprov PSSI Jawa Timur.
Menurut keterangan Satlantas Polres Probolinggo, Ari yang saat itu mengemudi, mengantuk hingga kendaraan yang dibawa tak terkendali. Mobil menabrak bus Hino yang dikemudikan Riyanto. Bus membawa 25 penumpang.
Syamsuddin Batolla meninggal dunia di lokasi kecelakaan akibat cedera serius. Termasuk patah tulang rusuk dan dislokasi tulang pinggul. Sedangkan Ari, hanya luka ringan dan dirawat di rumah sakit.
***
Kabar wafatnya Syamsuddin Batolla dalam insiden kecelakaan itu dengan cepat tersiar ke berbagai wadah informasi digital. Orang-orang di media sosial nyaris bersamaan berbelasungkawa. Di akun Instagram resmi klub Persewangi Banyuwangi, ribuan ucapan duka membanjiri kolom komentar.
“Keluarga besar Persewangi turut berduka cita atas berpulangnya, Coach Syamsuddin Batolla. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” tulis ucapan duka yang redaksi Bollo.id kutip dari akun Instagram resmi klub Persewangi Banyuwangi.
“Kami semua di Persewangi sangat terpukul dengan kepergian mendadak coach Syamsuddin Batolla. Beliau bukan hanya seorang pelatih, tetapi juga teman, mentor, dan sosok ayah bagi kami. Jasanya dalam membangun tim ini tidak akan pernah kami lupakan. Selamat jalan, Coach Syamsuddin. Kami akan selalu mengenangmu.”
Salah satu dari sekian banyak yang berkomentar tentang perasaan duka adalah Oscar Aravena, eks bomber PSM Makassar. Mengingat keduanya pernah sama-sama berseragam Juku Eja, pada tahun 2002 silam. Setahun setelahnya atau tepat di 2003 Syamsuddin Batolla gantung sepatu.
***
Syamsuddin Batolla, adalah putra daerah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Ia lahir pada 4 Juli 1967. Sejak usia muda, Syamsuddin telah menjadi bagian dari tim pelajar Indonesia yang meraih trofi Piala Asia 1984 di New Delhi.
Sebagai pemain profesional, ia dikenal sebagai bek tengah yang tangguh. Karir sepakbolanya dimulai dari Diklat PPLP Sulsel pada Juli 1982 hingga 1984. Bulan Juli di tahun itu juga, Syamsuddin muda bergabung dengan SKO Ragunan.
Tiga tahun di SKO Ragunan, Syamsuddin melanjutkan karir profesionalnya setelah direkrut Pelita Jaya pada Juli 1987. Setahun di Pelita Jaya, ia kemudian berlabuh ke Pupuk Kaltim pada Juli 1988. Performanya yang kian apik sebagai bek tengah (CB) memikat PSM Makassar.
Tepat pada 1 Juli 1994, Syamsuddin Batola resmi berseragam tim kebanggan masyarakat Sulsel itu. Ia menjadi benteng pertahanan skuat Ayam Jantan dari Timur bersama nama besar lain seperti Ronny Ririn, Yeyen Tumena, Alibaba, Aji Santoso, Zain Batolla hingga Ortisan Salossa.
Peran Syamsuddin Batolla stopper ini sangat sentral dan kental mewarnai perjalanan PSM Makassar di kompetisi sepak bola Tanah Air. Ia bahkan berhasil mengantarkan PSM meraih juara Liga Indonesia pada musim 1999-2000.
Klub terakhir yang ia bela adalah Persim Maros, tempat lahirnya. Setelah gantung sepatu pada 2003, ia melanjutkan karir sebagai pelatih, termasuk menjadi Direktur Teknik Akademi PSM dan pelatih kepala Persewangi Banyuwangi.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Komitmennya dalam membina pemain muda dan dedikasi kepada sepak bola membuat Syamsuddin menjadi panutan bagi banyak pemain muda di Indonesia. Khususnya di Sulsel. Syamsuddin dianggap sebagai ayah oleh anak-anak didiknya di akademi.
Dedikasinya tidak hanya membawa tim-tim ini meraih prestasi tetapi juga membantu mencetak pemain muda berbakat yang kemudian menjadi pilar di berbagai klub besar di Indonesia.
Syamsuddin dikenal sebagai pelatih yang tegas namun penuh perhatian, menjadikannya sosok yang dihormati di dunia sepak bola. Orang-orang dalam dunia sepak bola menyebutnya legenda dari Selatan.
“Sebagai bek tangguh di masa jayanya, beliau adalah tembok kokoh PSM Makassar. Setelah menggantung sepatu, semangatnya tak pernah pudar, terus mencetak generasi baru melalui pembinaan di Akademi PSM dan tim-tim lainnya,” dikutip dari akun resmi Instagram Akademi PSM Makassar.
“Bagi kami, beliau adalah simbol dedikasi, disiplin, dan cinta sejati pada sepak bola. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam, tetapi warisannya akan terus hidup dalam setiap pemain yang pernah disentuh oleh ilmunya,”
“Terima kasih, Coach Batola. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya. Kami akan terus membawa semangatmu dalam setiap langkah kami. Ewako selamanya Coach Syamsuddin Batolla.”